Photo by google.com edit on canva.com |
Judul : The Subtle Art of Not giving a fuck
Penulis : Mark Manson
Penerbit : Harper
Terbit : 13 September 2016
Tebal : 224 Halaman
Bahasa. : Inggris
Hollao apologize for making this review in my native language again, and for those who doesn’t understand just change the language into English in the right corner of this blog. You will find Google translate menu on it. I know it won’t give you an exact meaning of this review, but at least it can help you understanding it, even in a bit.
Jadi sebenarnya buku ini sudah ada versi bahasa indonesianya, tapi mimin pengen aja baca yang versi aslinya gitu biar makin berasa. Jika ditanya buku ini worth to read ga? Maka jawabannya adalah EXACTLY. Karena buku ini tidak sama dengan buku-buku motivasi yang pernah mimin baca yang belibet dan gac easy-understanding. Bisa dibilang buku ini merupakan kombinasi dari kisah hidup sang penulis dan kisah-kisah yang mengispirasi lainnya.
Tapi jangan salah, ini tidak akan membuat reader ngantuk karena merasa didongengi dengan cerita-cerita non-fiksi. Malah menurut mimin ya, selain ceritanya dikemas sesingkat-singkatnya oleh penulis, namun juga dari cerita tersebut terdapat break down dari peristiwa ke peristiwa yang akan membuat reader ngangguk-ngangguk dibuatnya.
Truth to be told nih buku ini bisa dibilang buku terlama yang pernah mimin baca kalau tidak salah sampai dua bulanan, padahal ini hanya sekitar 140an halaman yang sebenarnya sangat bisa untuk dihatamkan sehari saja mengingat mimin biasa membaca 300-500 halaman fiksi dengan hanya dua sampai tiga hari.
Jika ditanya part yang memorable saat membaca buku ini? sebenarnya kata memorable itu ada karena related dengan keadaan kita saat membaca buku ini, nah menurut mimin point-point yang akan dibreak down setelah ini mungkin terkesan tidak artinya bagi kalian, bahkan kalian tidak akan ngehh dengan quotes-quotes berikut, sebab it isn’t what you are actually feeling. Nah Untuk mengtahui quotes memorable apa yang akan kalian temukan di buku ini, you need to figure out by yourself yaaaa….
Everyone in their tv commercial wants you to believe that the key to a good life is a nice job, or a more rugged car, or a prettier girlfriend, or a hot tub with an inflatable pool for the kids. The world is constantly telling you to the path to a better life is more, more and more – buy more own more, make more, fuck more be more
Ungkapan diatas sebenarnya cukup menjelaskan bahwa judul buku ini tidak akan mengantarkan para pembaca menjadi anti-social, namun sebaliknya akan menuntun kita untuk tidak mengurus urusan yang tidak penting/hal kecil yang akan merusak kesejahteraan kita.
Istiliahnya nih don’t give a fuck about everything, just give a fuck about something which is really matter to you. Karena faktanya mementingkan semua hal itu tidak baik untuk kesehatan mental kita sendiri.
Nah yang buat mimin suka banget sama buku ini adalah karena si penulis tidak malu untuk menceritakan masa lalunya seperti saat ketahuan menyimpan narkoba di lokernya, tidak itu saja dia juga tidak menyembunyikan kekesalan pada abangnya ketika pesan yang ia tulis hanya dibaca saja, tanpa respon apa-apa, padahal jika si kakak peduli, dia pasti meluangkan satu atau dua menit untuk membalas pesannya.
Dan faktnya si mark mansion merasa bahwa dialah yang salah memilih metric dan value dalam hidupnya karena meskipun sang kakak jarang membalas pesannya, namun dia selalu ada dan bahkan jadi orang pertama yang datang saat terjadi apa-pa. dan mungkin saja sang kakak tidak suka mengirim atau membalas pesan (mutual Respect)
Bukan hanya quotes, tapi banyak pula ilmu yang akan kalian peroleh dari membaca buku ini salah satu yang mimin selalu ingat nih.
Customer culture is very good at making us want more, but more isnot always better, in fact the opposite is true. We are actually often happier with less. When we’re overload with opportunities and option, we suffer from what psychologists refer to paradox of choice because basically the more option we’re given the less satisfied we become with whatever we choose
Dari kata diatas mimin jadi sadar bahwa sebenarnya semakin banyak pilihan malah semakin membuat kita tidak bahagia, seperti halnya jika kita disuruh memilih satu diantara dua tempat untuk tinggal, maka dengan kita nyaman saja tinggal di sana akan dengan mudah mendefinsikan bahwa yang saya pilih adalah yang paling benar dan nyaman.
lain halnya jika kita harus memilih satu diantara 30 tempat maka meskipun kita sudah merasa nyaman dengan tempat yang dipilih tetap saja penasaran dengan opsi-opsi yang lain. Penulis juga memberikan perumpamaan dengan pengalamannya sendiri yang sudah mengunjungi lebih dari 20 negara dan berkata
The first county you visit inspires a massive perspective shift, because you have such a narrow experience base to draw on., but when you’ve been to 20 countries, the twenty-first adds little and when you’ve been to fifty, the fifty-first adds even less
Jadi kebahagiaan itu sendiri relative dan cenderung berdasarkan pengalaman yang kita punya. Seperti halnya kenikmatan yang dirasakan peminum. Jika meraka pertama kali mersakan hal tersebut minum (alkohol) disuatu pesta maka rasanya akan sangat menakjubkan, kemudian yang ke seratus kalinya hanya merasakan senang, dan yang ke 500 kalinya hanya selayaknya liburan biasa yang pada akhirnya minum di pesta untuk yang ke seribu kalinya hanya akan menganggap bahwa minum itu membosankan dan tidak penting
Saran mimin untuk calon pembaca buku ini ialah pelan pelan karena kalo kalian baca buku ini selayaknya baca novel percaya deh tidak akan mendapatkan penuh ilmunya. Kalo istilahnya ni we need to savor it. jika di halaman setelah cover mark mansion bilang kalo buku ini merupakan pendekatan yang waras untuk menjalani hidup yang baik. Memang benar disetiap chapternya kita akan disuguhkan dengan judul-judul besar yang awalnya akan membuat kita tertegun namun setelah kita baca keseluruhan penjelasannya jadi sadarlah bahwa maksud dari judul tersebut adalah demikian.
Seperti salah satu chapter yang judulnya happiness is a problem, kaget donk bacanya karena tidak bisa dipungkiri bahwa tujuan utama setiap orang untuk memiliki segalanya adalah kebahagiaan ehh malah dibilang kalo bahagia merupakan sebuah masalah
Life itself is a form of suffering, the rich suffer because of their riches. The poor suffer because their poverty. People without family suffer because they have no family. People with family suffer because of their family. People who pursue worldly pleasures suffer because of their worldly pleasure. People who abstain from worldly pleasures suffer because of their abstention.
Sudah jelaslah bahwa judul yang dimaksud ialah setiap orang pasti memiliki kadar cobaan masing-masing, yang kaya karena harus harus mempertahankan, melindungi serta terus bersaing, yang miskin karena kemelaratannya, yang tidak punya keluarga kerena kesepian.
Yang punya keluarga karena harus menaggung masalah satu sama lain. Yang terkenal tekanan dari orang banyak dll. Oleh karenanya mark mansion sampai menyelipkan cerita seorang budha dan rock star dalam chapter ini untuk benar-benar membuka mata para pembaca bahwa apa no one is perfect we just don’t see it. mungkin Cuma ini yang bisa mimin share ya, selebihnya kalian baca sendiri. Thank you…..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar